بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Sayyid Quthb mengemukakan pada bagian mukaddimah tafsir Fi Zhilalil Qur’an mengatakan: “Hidup
di bawah naungan Al Qur ‘an adalah suatu nikmat. Nikmat yang tidak
dimengerti kecuali oleh yang merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat
usia manusia, menjadikannya diberkahi, dan menyucikannya”
Hidup
di bawah naungan Al Qur’ an adalah hidup yang disinari ilmu dan iman.
Hidup dengan ilmu dan iman akan memiliki dinamika kegiatan yang positif
serta sangat indah dan nyaman dinikmati oleh pemiliknya atau
pelakunya. Hidup yang dinamis, penuh semangat dan tenaga sehingga cepat
bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
Hidup yang
dijalani hamba Allah yang taat, beriman dan bertaqwa dilihat sangat
indah dan nyaman oleh keluarga dan masyarakatnya, karena pada
kesehariannya memancar dari dirinya akhlaqul karimah, sikap mulia dalam
pergaulan serta perkataan dan nasehatnya yang santun, menyejukkan,
menyenangkan dan marhamah (kasih sayang). Padahal mungkin hidup yang
dilaluinya tidaklah seindah yang terlihat, karena tak seorangpun yang
bebas dari ujian dan cobaan dalam hidupnya.
Diuji dan Dicoba
Hidup
ini terkadang pahit, getir, menyebalkan, menyakitkan, kejam, dan lain
sebagainya Hidup seperti itu adalah hidup yang dijalani tanpa keimanan,
ketaqwaan dan ilmu pengetahuan. Sudah menjadi ketentuan dari Yang Maha
Pencipta, setiap kehidupan manusia akan mendapatkan ujian, cobaan,
tantangan dan kesulitan.
Dalam surat Al Baqarah ayat 155 s/d 157
Allah SWT mengingatkan agar cobaan hidup dihadapi dengan sabar dan
bertawakkal serta yakin akan datang berita gembira, yaitu mendapat
keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah SWT, berdasarkan
petunjuk-petunjuk-Nya.
Jangan tergoda akan godaan syetan yang
berbisik dalam hati, seperti berbuat keji dan mungkar, atau berputus
asa, sehingga bertindak atau melakukan perbuatan yang dimurkai Allah
SWT. Dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan
shalat, insya Allah petunjuk akan datang dan akan nyata jalan yang
harus dilalui atau dilaksanakan. Yakinlah jalan keluar dari kesulitan
itu akan datang dari Allah SWT.
Tidak ada manusia yang tidak
khilaf dan bersalah. Tidak ada kehidupan manusia yang bersih dari noda
dan dosa. Dengan arif marilah datang kepada-Nya melalui sujud dan
permohonan ampunan. Serahkanlah permasalahan hidup kepada-Nya secara
total, dan lakukan dengan sabar dan tekun.
Dengan Ilmu dan Iman
Peran
ilmu yang luas sangat dominan dalam memahami petunjuk Allah SWT. Ilmu
akan menyinari hidup sehingga raudah kembali ke jalan Allah. Dengan
Ilmu seseorang akan mampu melihat perbuatan yang baik dan buruk, yang
merugikan atau yang menguntungkan, yang benar atau yang salah.
Ada
perbuatan yang menguntungkan seseorang atau kelompok, tetapi merugikan
orang lain dan orang banyak. Hidup yang tidak dilandasi iman,
cenderung menggunakan ilmu dan kemampuannya atas dasar nafsunya
(mengikuti langkah syetan), melupakan fitrah hidup, bahwa jin dan
manusia adalah untuk mengabdi kepada-Nya.
Mari merenungkan sebuah hadits Nabi SAW yang menyatakan: “Sungguh
menakjubkan keadaan mukmin itu. Allah tidak menetapkan suatu keputusan
baginya, melainkan keputusan itu akan baik baginya. Jika ditimpa
kesusahan, ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya.
Jika mendapat kesenangan dia akan bersyukur, maka yang demikian itu
adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seseorang
kecuali orang mukmin ” (HR. Bukhari & Muslim).
Niat
yang tulus dan keyakinan yang kuat untuk menghiasi hidup ini dengan
langkah perbuatan dan kegiatan-kegiatan yang mengandung makna
pengabdian kepada Allah SWT, menjadikan hidup seseorang itu indah dan
perbuatarmya itu akan menghasilkan manfaat bagi lingkungan sekitamya.
Dari
dirinya akan terlihat, bahwa hidup ini adalah anugerah yang tidak
ternilai, lebih dari segala yang dimilikinya seperti harta dan
kekayaannya. Firman Allah SWT :
“Kepunyaan Allah lah
segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apayang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu
itu….. ” (QS. Al Baqarah: 284)
Keteladanan Abu Bakar Ash Shidiq
Ada sebuah kisah yang menarik:
Suatu
ketika Nabi sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya.
Beliaubertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini berpuasa?”
AbuBakar ra menjawab: “Aku”. Kemudian beliau bertanya, “Siapakah di
antara kalian yang hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar menjawab:
“Aku”. Tanya beliau kembali: “Siapakah yang hari memberi makan orang
miskin?”. Jawab Abu Bakar: “Aku”. Tanya beliau kembali, “Siapakah di
antara kalian yang hari ini membesuk orang sakit?” Jawab Abu Bakar,
“Aku”.
Lalu Nabi SAW bersabda: “Tidaklah amal-amal
tersebut menyatu pada diri seseorang melainkan dia akan masuk surga”
(Hani Saad Ghunaim, Hidup Bahagia, Mati masuk Surga, Solo, 2008,
hl.xii).
Semoga kita mampu mengisi hidup ini sebagaimana kisah Abu
Bakar tersebut, dan terutama yang terpilih menjadi pemimpin, agar
hidup semakin bermakna.
Post a Comment